Pasar Buah Gemah Ripah di Gamping, Sleman dapat menghasilkan 2-4 ton limbah buah setiap harinya. Terlebih ketika musim hujan dimana buah mudah mengalami pembusukan maka limbah bisa mencapai 8 ton/hari. Pada awalnya limbah buah yang tinggi tersebut hanya dibuang ke TPA Piyungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibangunlah instalasi digester biogas yang mengkonversi sampah buah busuk menjadi biogas.
Di instalasi biogas Pasar Buah Gamping tersebut, limbah sisa proses fermentasi didominasi oleh cairan dikarenakan bahan utama berupa buah yang cenderung kandungan airnya tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa slurry dari instalasi biogas terbukti mempunyai potensi sebagai unsur hara untuk tanaman hortikultura, palawija, padi, dan tanaman hidroponik (Mustofa, 2018). Selain dapat dimanfaatkan untuk tanaman, pemakaian slurry sebagai pupuk cair akan dapat mengurangi penggunaan pupuk sintetis. Ujicoba telah dilakukan untuk memanfaatkan limbah sludge biogas untuk tanaman hidroponik dan tanaman sayuran di media tanah.
Slurry Biogas Gamping
Aplikasi Pupuk Cair dari Slurry Biogas Gamping di Media Tanah
Aplikasi Pupuk Cair dari Slurry Biogas Gamping di Media Tanah
Design Operasi Pupuk Cair dari Slurry Biogas Gamping
Effluent yang berupa slurry biogas keluar dari digester ke kolam outflow. Dari kolam inilah, effluent difiltrasi dan dipompa ke tangki fermentasi (fermentor) yang terbuat dari Tangki HDPE (kapasitas @ 1 m3), tangki berjumlah 2 buah. Posisi tangki berada sekitar 1 m di atas tanah dan dilengkapi pondasi besi. Bahan nutrisi pelengkap pupuk cair ditambahkan. Setelah waktu fermentasi sudah selesai (±3 hari), pupuk cair siap digunakan, baik sebagai nutrisi untuk menumbuhkan tanaman di media tanah maupun ke unit pemompaan. Unit pengambilan slurry dan fermentor untuk pembuatan pupuk cair berbasis slurry biodigester diskemakan pada gambar berikut