Keberadaan sampah yang tak tertangani dapat menimbulkan masalah terhadap manusia dan lingkungan. Oleh sebab itu perlu penanganan dan pengelolaan yang baik terhadap sumber timbunan sampah. Salah satu metode penanganan sampah organik ialah menggunakan proses biokonversi sampah organik menggunakan bantuan maggot atau Black Soldier Fly (BSF). Kehadiran maggot atau BSF dalam sistem pengelolaan sampah sangat berguna karena larva memiliki kemampuan mumpuni dalam mendegradasi limbah organik dan sebagian besar daur hidup dari BSF berperan sebagai decomposer atau pengurai. Proses ini merupakan salah satu alternatif metode pengolahan sampah organik yang menjanjikan karena selain menyelesaikan masalah sampah juga menghasilkan produk bernilai tambah diantaranya pakan ternak, larva kompos dan biofuel.
Pada tahun 2019 melalui program Riset Unggulan Daerah Kota Magelang di bawah Badan Penelitian dan Penggembangan Daerah Kota Magelang, tim Waste Refinery Center diminta untuk ikut dalam melakukan penelitian terkait optomalisasi biokonversi sampah organik pasar dengan BSF, pada penelitian ini tim WRC di wakili oleh Agus Prasetya Ph.D, selaku ketua tim peneliti dan bersama anggota tim peneliti WRC, nantinya akan fokus pada langkah-langkah persiapan untuk pengoperasian Instalasi metode BSF, pengujian baik proses maupun produk yang dihasilkan serta rekomendasi penyelesaian masalah penghambat operasional metode BSF.
Pasar Gotong Royong dan Pasar Rejowinangun Kota Magelang merupakan pasar tradisional yang telah menginstalasi metode BSF di lokasi pasar dengan harapan dapat menyelesaikan masalah sampah organik di pasar tersebut. Namun sampai saat ini (2019) belum beroperasi dengan baik sesuai dengan harapan karena berbagai hal. Dari permasalahan yang ada tim Waste Refinery Center Fakultas Teknik UGM (WRC) berusaha mencari sebuah solusi untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga pengolahan sampah organik di kedua pasar tersebut dapat berjalan denga baik.
Black soldier lalat (BSF) merupakan spesies lalat yang larva-nya paling banyak digunakan untuk pakan ternak dalam sistem produksi skala menengah dan besar. Beberapa perusahaan memproduksi larva di seluruh dunia tetapi teknik yang digunakan tidak dipublikasikan. Publikasi paling komprehensif tentang produksi BSF skala menengah dilaporkan oleh Caruso et al. (2014). Artikel tersebut merinci sistem BSF yang berpotensi dikembangkan di Indonesia dengan menggunakan bungkil inti sawit. Sheppard et al. (2002) juga melaporkan perkembangan model pemeliharaan berkelanjutan BSF.
Proses degradasi sampah organik dengan menggunakan bantuan larva BSF merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan dalam pengelolaan sampah . Silmina et al (2011) melaporkan bahwa Maggot dapat tumbuh dan berkembang pada media yang mengandung nutrisi sesuai degan kebutuhan hidupnya. Larva ini mudah untuk dikembangbiakkan dan mudah dijumpai sehingga tidak sulit mencari induk lalat untuk dibiakkan.
Untuk mengembangbiakkan lalat BSF ini, keberhasilannya berkembang biak ditentukan dari media tumbuhnya. Pada saat proses reproduksi lalat terjadi, lalat akan menyukai media tumbuh yang khas dan ketika dia menyukai aroma tersebut, maka lalat mau hidup dan berkembang biak di media tersebut (Katayane et al, 2014). Larva BSF sangat cepat pertumbuhannya pada limbah organik seperti kotoran unggas. Ketika maggot sudah matang, membutuhkan waktu 3-4 hari untuk dijadikan pakan dengan proses pengeringan dan penggilingan. Larva BSF dapat mengkonsumsi serta mendegradasi sejumlah bahan organik yang terkandung dalam sampah hingga 70% (Lalander et all, 2014).
Daur hidup larva BSF dimulai dari perkembangan larva BSF yang membentuk pra pupa dan akan keluar mencari bahan makanan yang ada lalu mencari tempat kering dan gelap untuk membentuk pupa dan tumbuh menjadi lalat dewasa. Sistem pengelolaan limbah dengan menggunakan BSF dapat menekan pertumbuhan bakteri berbahaya akibat pembusukan makanan cepat diatasi. Produk dari system ini akan menghasilkan larva BSF mengandung protein kasar sebesar 50% dan sekitar 25% lemak. Kandungan nutrisi inilah yang membuat larva berpotensi menjadi pakan ikan.
Berikut adalah gambaran proses dari alur pengolahan sampah dengan maggot (BSF) yang di lakukan oleh tim WRC FT UGM di pasar Gotong Royong dan pasar Rejowingun Kota Magelang, setelah larva siap, media pakan diletakkan dalam tempat pengolahan, namun sebelumnya ditimbang untuk diketahui jumlahnya. Begitu juga dengan larva, sebelum diaplikasikan juga ditimbang. Larva dibesarkan sampai menjadi maggot, selama 20-30 hari. Selama itu juga ditambahkan pakan dengan jumlah tercatat. Pada pemanenan, baik maggot maupun residu ditimbang untuk melihat produktivitas dari pengolahan sampah organik ini.