Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Balikpapan melalui Badan Pembangunan Daerah (Bapeda) Kota Balikpapan menyampaikan permasalahan sampah yang ada di Pasar Pandansari kepada tim Waste Refinery Center Fakultas Teknik UGM (WRC), yang saat itu di bawah koordinator Dr. Siti Syamsiah (alm). Kemudian tim WRC bersama Bapeda Kota Balikpapan melakukan diskusi untuk mencari solusi.
Pasar Pandansari merupakan salah satu pasar terbesar yang terdapat di kota Balikpapan dimana terdiri dari pedagang sayur, daging ayam, buah dan kebutuhan sehari-hari. Dominannya perdagangan sayur dan buah membuat sampah yang dihasilkan cukup homogen dimana terdiri dari campuran sampah sayur dan buah. Sampah yang dihasilkan oleh setiap pedagang dikumpulkan pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang terdapat pada salah satu sisi pasar. Petugas Dinas Pasar mengangkut sampah yang terdapat di TPS menuju Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Manggar Balikpapan dengan menggunakan truk. Pembuatan kompos dari sampah pasar pernah dilakukan bertempat di Rumah Kompos yang lokasinya terletak di pinggir Pasar Pandansari beberapa waktu yang lalu untuk mengatasi sebagian dari permasalahan sampah. Akan tetapi pembuatan kompos tersebut sudah tidak dilakukan lagi menyusul terputusnya akses menuju Rumah Kompos.
Berdasarkan pada hasil studi awal yang dilakukan, sampah yang dihasilkan oleh Pasar Pandansari memiliki peluang untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas. Dengan menggunakan generator, biogas yang dihasilkan dapat diubah menjadi listrik. Pemilahan antara sampah organik dan anorganik merupakan faktor penting dalam mewujudkan hal tersebut. Pemilahan dapat dilakukan mulai dari setiap pedagang atau di setiap los pasar dengan memisahkan antara sampah organik dan anorganik tersebut.
Situasi tempat penampungan sampah sementara di Pasar Pandansari (Sumber: Tim WRC, Maret 2012).
Di lokasi yang tidak jauh dari pasar Pandansari terdapat unit pengolahan IPAL yang mengolah air limbah perumahan yang terdiri dari limbah kamar mandi, cucian, dapur dan toilet. Dengan menggunakan beberapa proses yang ada, limbah tersebut berhasil diubah menjadi air yang memenuhi baku mutu lingkungan dan lumpur. Selanjutnya lumpur yang ada dipekatkan dan dikeringkan.
Dengan memperhatikan karakteristik limbah perumahan yang ada, potensi pembuatan biogas dari limbah tersebut layak untuk diteliti. Keuntungan apabila hal ini dilakukan, antara lain mengurangi beban pengolahan IPAL karena sebagian besar padatan akan terkonversi menjadi biogas, jumlah biogas yang dihasilkan akan bertambah banyak, air hasil pengolahan IPAL dapat dimanfaatkan untuk proses produksi biogas. Listrik yang dihasilkan dari biogas dapat mendukung operasional IPAL.
Pertimbangan letak dan kondisi lokasi yang ada, akhirnya dilakukan intergrasi pengolahan limbah pengelolaan IPAL oleh PDAM Kota Balikpapan, dan diperlukan studi mendalam untuk kelayakannya secara teknis.
Rencana integrasi ditindaklanjuti dengan beberapa tahapan kegiatan yang meliputi studi kelayakan dan potensi, penyiapan masyarakat (sosialisasi dan peran serta), penyusunan detail engineering design (DED) dan pembangunan fisik. Hasil kajian teknis, menyatakan bahwa sampah di Pasar Pandansari memiliki potensi untuk diolah menjadi biogas. Oleh karena itu langkah tim WRC FT UGM selanjutnya adalah penyusunan DED, yang dilaksanakan pada tahun 2015. Gambaran singkat dari DED yang telah di susun oleh tim WRC FT UGM. adalah sebagai berikut :
Proses anaerobic digestion yang digunakan untuk produksi biogas dari fraksi organik sampah padat Pasar Pandansari ini merupakan proses tipikal untuk mengolah MSW menjadi biogas yaitu melalui anaerobic digestion dengan single stage low/medium solid pada kondisi mesophilic.
Block Diagram Process dari Desain Konseptual Pengolahan Sampah Pasar Pandansari Balikpapan Menjadi Biogas (Tim WRC, 2015)
Site Plan Fasilitas Biogas Pasar Pandansari (Tim WRC, 2015)
Layout Desain Biogas Pasar Pandansari Kota Balikpapan (Tim WRC, 2015)